Jangan Lupa Comment nya??..Bila Seseorang Menunggu terlalu lama yang bisa di harap adalah kedatangan walau satu detik untuknya...

fasilitas pertramina indonesia

BAB III

ANALISIS DISTRIBUSI BBM DAN FASILITAS – FASILITASNYA

TERMINAL TRANSIT TANJUNG GEREM PERTAMINA

3.1 Sekilas Tentang Pertamina

Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk menangani masalah perminyakan di indonesia, dalam perjalananya sampai saat ini, Pertamina Pada tahun 1945, Jepang dengan disaksikan pihak sekutu, menyerahkan tambang minyak Sumatera Utara kepada Indonesia. Daerah perminyakan ini bekas daerah konsesi BPM sebelum perang dunia kedua. Pada masa revolusi fisik, tambang minyak ini hancur total tambang minyak dikuasai belanda dan pihak asing berdasarkan hak konsesi, namun tambang minyak di Sumatera dan Aceh dapat dipertahankan Indonesia. Sejak kedaulatan RI diakui pada Desember 1949, hingga akhir 1953 pemerintah masih ragu apakah akan mengembalikan tambang minyak Sumatera Utara kepada BPM atau dikuasai sendiri. Penunjukkan “koordinator” untuk pertambangan oleh menteri perekonomian pada tahun 1945 belum membawa perbaikan. Pada oktober 1957, kepala staff TNI angkatan darat Jendral A.H. Nasution menunjuk Kolonel Dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk perusahaan minyak yang berstatus hukum perseroan terbatas. Pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama P.T. Pertambangan Minyak Nasional Indonesia ( P.T. PERTAMINA ) dengan Kol. Ibnu Sutowo sebagai presiden Direktur, Let.Kol S.M. Geudong Sebagai Direktur, Let.Kol.J.M. Pattiasina, sebagai direktur. Berdasarkan UU NO.1960 tentang perusahaan Negara, P.T. Pertamina Perseroan Terbatas.

Sampai saat ini Supply dan Sources, Distribution Area, Statistik Konsumsi BBM untuk tiap jenis BBM dan tiap daerah / UPMS bisa kita lihat pada produksi yang harus dicapai oleh unit pengolahan, statistik ProduksiBBM disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 3.1 Data Supply Sources

Unit Pengolahan

Kapasitas Produksi

P. Brandan

5000 barrel/hari

Dumai

120.000 barrel/hari

S. Pakning

50.000 barrel/hari

Musi

133.700 barrel/hari

Balongan

125.000 barrel/hari

Cilacap

348.000 barrel/hari

Cepu

3.800 barrel/hari

Balikpapan

260.000 barrel/hari

Kasim

10.000 barrel/hari

TOTAL

1.055.500 barrel/hari

Sektor produksi, Indonesia memiliki 9 Unit Pengolahan minyak kapasitas terpasang keseluruhan sebesar 1.06 juta barrel/hari. 7 Unit Pengolahan tersebut dimiliki pemerintah dan 2 Unit Pengolahan (UP Balongan dan UP Cilacap) milik Pertamina. Seluruh Unit Pengolahan ini dioperasikan oleh PT. Pertamina (Persero). Pemasokan minyak mentah ke kilang dipasok dari lapangan minyak milik pertamina, Production Sharing Contracts (PSC), dan impor. Minyak mentah/kondensat yang diolah kilang Pertamina sebesar 365,9 juta barrel yang dipasok dari minyak mentah/kondensat domestik (dari Pertamina dan PSC) 234,1 juta barrel dan sisanya dipasok dari minyak mentah impor (131,8 juta barrel).

Selain memproduksi BBM di kilang, untuk memenuhi kebutuhan BBM domestik yang lebih besar daripada kemampuan kapasitas dan produksi kilang, Pertamina mengimpor beberapa jenis BBM dari Spot Product di Singapura. Pada tahun 2004 impor BBM mencapai 16.9 milyar liter atau 29 persen dari konsumsi BBM domestik. Impor BBM paling besar adalah minyak solar yaitu 9.6 milyar, diikuti HOMC 3.1 milyar liter dan minyak tanah sebesar 2.7 milyar liter.

Menurut BP Statistical Review of Wold Energy 2004, produksi Indonesia tahun 2003 adalah sebesar 1,179 juta barrel per hari atau menurun 8,6 persen dari 1,288 juta barrel per hari di tahun 2002. Menurut laporan yang sama, konsumsi BBM di dalam negeri pada tahun 2003 adalah sebesar 1.115 barrel per hari dan naik 1,5 persen di tahun berikutnya (2004) menjadi 1,131 bph (barrel per hari). Secara global laju pertumbuhan konsumsi minyak mentah rata-rata dalam 10 tahun terakhir adalah sebesar 1,6 persen.

Produksi minyak mentah/kondensat di Indonesia di pegang oleh beberapa perusahaan multinasional selaku kotraktor sharing.. Tabel berikut memperlihatkan tingkat produksi minyak mentah dan kondensat dari beberapa perusahaan (dalam ribuan barrel per hari).

Tabel 3.2 Tingkat Produksi Minyak Tiap Perusahaan

( Dalam Satuan Ribu Barel )

PERUSAHAAN

2002

2003

2004

Caltex

595.8

536.4

506.9

Caltex CPP

47.5

41.1

39.0

CNOOC

125.7

115.0

94.9

TotalFinaElf

90.0

80.0

81.1

Exspan

82.5

85.5

66.4

ConocoPhillips

78.1

64.5

57.2

Unocal

59.3

56.2

53.9

Pertamina

43.6

40.0

43.4

PetroChina

45.8

42.4

40.5

BP

50.8

46.5

38.8

Vico

40.8

36.2

32.3

PT Bumi Siak

32

35.7

32.0

ExxonMobil

13.4

25.3

25.4

Talisman

13.8

12.7

11.7

Kondur Petrol

13.8

11.1

10.6

TOTAL

1344.1

1251.4

1146.8

- Crude

1212.2

1119.0

1013.0

- Condensate

131.9

132.4

133.8

PT. PERTAMINA (Persero) menyatakan posisi stok BBM nasional hingga berkisar pada level 21 hari. Kebutuhan BBM Nasional saat ini sekitar 170.000 kilo liter per hari. Pada posisi stok 21 hari tersebut, maka apabila terjadi gangguan operasi (kerusakan tanker atau antrian di dermaga) maupun gangguan alam (cuaca/ombak) dapat saja terjadi gangguan distribusi pasokan khususnya di wilayah kepulauan.

Namun demikian, Pertamina berupaya untuk meningkatkan stok BBM Nasional sampai pada level aman yaitu 23 – 24 hari kebutuhan. Untuk itu, upaya-upaya yang sedang dilakukan saat ini antara lain: mengoptimalkan pengoperasian kilang BBM dalam negeri, termasuk diantaranya melakukan penjadwalan ulang rencana turn around. Disamping itu, Pertamina juga melakukan penambahan volume impor produk BBM, khususnya Minyak Solar dan Bensin (premium) serta menambah kapasitas floating storage (secara insidentil) sebelum bongkar muat di instalasi/depot BBM. Rencana penambahan impor produk BBM sangat tergantung pada ketersediaan dana.

Tingkat suplai/pasokan BBM harus memperhitungkan kondisi security level secara nasional. Tingkat keamanan stock BBM yang ada dalam tanki timbun instalasi dan depo-depo BBM di wilayah unit pemasaran dalam negeri didefinisikan sebagai berikut :

3.1.1 Safety Stock

Posisi stock BBM yang ada dalam tanki timbun instalasi dan depo-depo BBM di wilayah unit pemasaran antara 1 (satu) hari sampai dengan 3 (tiga) hari konsumsi. Kondisi tersebut belum menjamin keamanan stock nasional. Sedikit saja kelambatan suplai berikutnya akan berakibat kekosongan.

3.1.2 Security Stock

Di instalasi dan depo – depo BBM unit pemasaran sampai pada tingkatan aman atau mencapai yang ditetapkan yaitu 14 hari konsumsi atau 2 (dua) kali round trip days (rtd) . Namun faktor biaya operasi pengadaan dan distribusi belum diperhitungkan. bahkan cenderung tinggi.

3.1.3 Security & Economic Of Stock

Pengadaan dan distribusi BBM bisa dilakukan secara efektif dan ekonomis. Stock BBM yang tersedia diseluruh instalasi dan depo – depo BBM unit pemasaran berada pada tingkat aman (secure) yaitu minimal 14 hari konsumsi atau minimal 2 (dua) kali round trip days dengan biaya pengadaan dan distribusi juga pada tingkatan yang wajar (ekonomis).

Jumlah depo yang meng-cover kebutuhan nasional adalah sebanyak 174 buah yang meliputi 7 Transit Terminals, 7 Installasi, 84 Seafed Depots, 23 Inland Depots, 39 Standard Airport Depots, dan 15 Pioneer Airport Depots.

Realisasi suplai BBM ke seluruh instalasi dan depo-depo BBM di dalam negeri baru sampai pada tingkat antara safety of supply dan security of supply. Distribusi BBM didalam negeri belum berjalan dengan baik dan kenyataannya masih sering terjadi krisis atau kekosongan BBM dibeberapa daerah di indonesia. Indikator terjadi krisis ini adalah kenaikan harga yang melewati ketetapan pemerintah dan diatas kewajaran.

Biaya operasi pengadaan dan distribusi BBM relatif tinggi dan khususnya biaya angkutan laut berada diatas kewajaran dan masih perlu penyesesuaian penggunaan jenis sarana angkutan dengan kondisi geographis dan pola operasi.

Pola distribusi bahan bakar minyak di dalam negeri saat ini belum baku. Belum terpadu pola kerja antara refinery, transportasi laut dan fasilitas sarana distribusi yang tersedia di instalasi dan depo-depo BBM di dalam negeri. Kondisi kekurangan/kelangkaan harus diatasi dengan cara meningkatkan stock BBM di seluruh instalasi dan depo-depo BBM dalam negeri sampai pada tingkat security & economic of supply atau sama dengan 14 hari (daily of take) atau sama dengan 2 kali round trip days kapal.

Menetapkan wilayah distribusi, supply point yang tetap, pola operasi dan jenis sarana dan pola angkutan laut yang digunakan. Penetapan biaya operasi pengadaan dan distribusi BBM yang wajar termasuk biaya angkutan laut dan lain-lainnya. Menghilangkan atau sedikitnya mengurangi terjadinya kekosongan BBM di wilayah distribusi yang sangat mempengaruhi perekonomian nasional. Hal ini dilakukan dengan melibatkan kekuatan swasta nasional atau semua potensi yang ada didalam negeri untuk ikut dalam kegiatan pengadaan dan distribusi BBM di dalam negeri.

3.2 Area Distribusi

Kilang-kilang minyak Pertamina diluar pulau Jawa kapasitas produksi nya memenuhi bahkan melebihi kebutuhan BBM wilayah distribusi unit Pemasaran yang berlokasi diluar pulau jawa. Pertamina sudah melakukan konsep strategic business unit yang berarti mulai saat itu sudah dapat dilakukan pola distribusi secara desentralisasi. Masing-masing general manager UPMS dan Unit Pengolahan secara bersama memprogram dan melaksanakan distribusi BBM dalam wilayah operasinya sesuai kebutuhan.

Dengan pola desentralisasi memberi peluang untuk mengoperasikan kapal secara regular liner service (RLS). Telah tersedia sarana distribusi yang memadai seperti terminal transit BBM, instalasi & depo BBM, kilang-kilang minyak dan lain-lainnya. Perbandingan kebutuhan BBM dalam pulau Jawa dengan luar pulau jawa, maka model yang memungkinkan dikembangkan sperti daerah operasi BBM dibagi menjadi 2 Wilayah distribusi sebagai berikut:

3.2.1 Wilayah Distribusi di Dalam Pulau Jawa

Dalam wilayah operasi pertamina UPMS III , IV dan V ( khusus Jawa Timur minus madura ). BBM dari kilang minyak UP IV Cilacap dan UP VI Balongan dan kelebihan produksi dari Kilang-kilang minyak luar pulau jawa. Kekurangannya dipenuhi melalui import.

3.2.2 Wilayah Distribusi di Luar Pulau Jawa

Dalam wilayah operasi pertamina UPMS : I , II , V ( luar p. Jawa ) , VI, VII dan VIII. Dan BBM dari kilang minyak UP I , II , III , V dan Kilang minyak Kasim Sorong. Kelebihan produksi kilang didistribusikan ke lokasi di dalam wilayah pulau Jawa.

Dengan membagi wilayah distribusi BBM dalam dua kelompok, maka pola distribusi dapat dilakukan sebagai berikut :

3.2.3 Wilayah Dalam Pulau Jawa

Suplai ke instalasi dan depo BBM menggunakan kapal tanker dan pipa minyak yang ada dan dikembangkan sesuai kebutuhan. BBM diambil dari kilang minyak unit IV Cilacap dan unit VI Balongan.

Kekurangan produksi kedua kilang diatas dibantu dari kelebihan hasil produksi kilang–kilang minyak dari luar pulau Jawa dan import.

3.2.4 Wilayah Luar Pulau Jawa

Unit pemasaran dan unit pengolahan pertamina diberi wewenang mengatur distribusi BBM dalam wilayah kerja masing-masing. Supply point (pelabuhan muat) ditetapkan :

UPMS I = Dumai / S. Pakning & Tt.Tlk. Kabung

UPMS II = Plaju Palembang

UPMS V = Tt. Manggis Labuan Amuk Bali

UPMS VI = Balikpapan

UPMS VII = Tt. Bitung & Tt. Ujung Pandang

UPMS VIII = Tt. Wayame Ambon

BBM diambil dari kilang minyak UP II , UP III dan UP IV. Dapat juga diambil BBM dari UP I dan kilang kasim. UPMS dan UP memprogram dan membuat rencana seperti cargo movement & vessel scheduling. Lokasi supply point dan wilayah distribusi diluar pulau Jawa (operasi kapal secara reguler liner service) :

  1. Terminal Transit BBM Bungus Padang (UPMS I Medan) mensuplai seafed depo BBM wilayah pantai barat Sumatera.
  2. Kilang Dumai & Sungai Pakning (UP II Dumai / Sungai Pakning) mensuplai seafed depo BBM pantai timur bagian utara Sumatera (UPMS I).
  3. Kilang Musi Plaju (UP III PLAJU) mensuplai seafed depo BBM wilayah Sumatera Selatan (UPMS II ).
  4. Kilang Balikpapan (UP V BPP)

mensuplai seafed BBM wilayah Kalimantan UPMS VI.

5. Terminal Transit Manggis Bali (UPMS V)

mensuplai seafed depo BBM wilayah Madura, Bali, NTB, NTT.

6. Terminal Transit BBM Bitung (UPMS VII)

mensuplai seafed depo BBM Sulawesi Utara dan Tengah.

7. Terminal Transit BBM Ujung Pandang (UPMS VII)

mensuplai seafed depo BBM wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara.

8. Terminal Transit Wayame Ambon (UPMS VIII)

mensuplai seafed depo BBM wilayah Maluku dan Irian Jaya (UPMS VIII).

Tabel 3.3 Daily of Take Pertahun Instalasi dan Depo-Depo Wilayah

Distribusi Pulau Jawa

UNIT PEMASARAN III

UNIT PEMASARAN IV incl. TT. Lomanis, Maos, Rewulu

UNIT PEMASARAN V Jawa Timur Exclo. P.Madura

Ek. Kilang Minyak &

Pipa Minyak

Ek. Kilang Minyak &

Pipa Minyak

Ex. Kilang BBM

Daily of take/Tahun

51.976 KL x 365 hari

Daily of take/Tahun

45.751 KL x 365 Hari

Daily of take

23.792 x 365 hari

18.971.240 KL

16.699.115 KL

8.684.080 KL

Total Daily Of Take Instalasi Dan Depo-Depo BBM Dalam Pulau = 44.354.435 KL

Tabel 3.4 Daily of Take Pertahun Instalasi dan Depo-Depo Wilayah Distribusi Luar Pulau Jawa

UPMS I

UPMS II

UPMS V (luar P.Jawa)

UPMS VI

UPMS VII

UPMS VIII

Ex. Supply Point

Ex. Supply Point

Ex. Supply Point

Ex. Supply Point

Ex. Supply Point

Ex. Supply Point

Dumai

Sei Pakning

11.501 x 365 =

4.197.865 KL

Tel. Kabung Padang

2.712 x 365 =

998.880 KL

Plaju

Palembang

7.484 x 365 =

2.731.660 KL

Labuan Amuk Bali

7.427 x 365 =

3.759.140 KL

Balikpapan

10.299 x 365 =

3.759.140 KL

Bitung

2.717 x 365 =

991.705 KL

Makasar

5.671 x 365 =

2.069.915 KL

Mayame

Ambon

4.083 x 365 =

1.490.295 KL

Total Daily Of Take Pertahun Depo-Depo BBM Luar Pulau Jawa = 19.030.397 KL

Laporan terakhir dari Kementerian Sumber Daya dan Mineral RI menyebutkan, posisi Daily Off Take (DOT) BBM tanggal 24 Agustus 2004, mencapai 172.100 Kilo Liter (KL/hari) sedangkan persediaan stok nasional mencapai 3.606.999 KL/hari. Ketahanan stok nasional tertinggi adalah pada produk avgas, diikuti avtur, minyak tanah, minyak diesel, minyak bakar, minyak solar dan premium. Kondisi stok BBM nasional untuk 5 minggu kedepan atau sampai September 2004 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 23,42 hari atau diatas angka ketahanan stok nasional 23 hari. Kondisi stok ini terus dipantau mengingat masih tingginya harga minyak mentah dunia saat ini.

Tabel 3.5 Unit Operasi daerah Produksi Pertamina

UNIT

WILAYAH

KANTOR

I

Sumatera Utara dan Aceh

Pangkalan Brandan

II

Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung

Plaju

III

Jawa dan Madura

Jakarta

IV

Kalimantan, Tarakan dan Bunyu

Balikpapan

V

Indonesia bagian Timur ( Sulawesi, Maluku dan Irian Barat )

Sorong

Unit – Unit pemasaran yang ada dipertamina antara lain:

Unit Pemasaran I : Pelabuhan sabang, Pelabuhan dumai, pelabuhan belawan – medan, pelabuhan tanjung Ubah – pulau bintan, pelabuhan pulau sambu.

Unit Pemasaran II : Pelabuhan Plaju – Palembang, Pelabuhan Kijang – Jambi.

Unit Pemasaran III : Pelabuhan Tanjung Gerem – merak, Pelabuhan Tanjung priok – Jakarta/Plumpang ( in Progres)

Unit Pemasaran IV : Pelabuhan Tanjung Emas – Semarang, Pelabuhan tanjung Intan Cilacap.

Unit Pemasaran V : Pelabuhan Tanjung perak – Surabaya ( In Progres ), Pelabuhan Tanjung wangi – banyuwangi, pelabuhan kupang, pelabuhan bernoa – Bali, Pelabuhan ampenan – mataram, Pelabuhan badas – sumbawa, pelabuhan Bima.

Unit pemasaran VI : Pelabuhan kilang balik papan.

Unit pemasaran VII : Pelabuhan Ambon, Pelabuhan Tual, Pelabuhan Sorong, Pelabuihan Sorong, Pelabuhan Biak, Pelabuhan Kaimana, Pelabuhan Merauke.

Dari tahun ketahun kebutuhan akan BBM semakin meningkat 10 sampai dengan 15 persen dan pada tahun terakhir 2003-2004 proporsi penjualan BBM PERTAMINA UPMS III sekitar 29,35 persen dari penjualan BBM nasional, atau sekitar 17.576.454 kiloliter dari 42.305.000 kiloliter konsumsi BBM nasional dan untuk tahun ini meningkat sekitar 32,9 persen dari penjualan BBM nasional.

Dan untuk memenuhi konsumen diwilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, Upms.III ini memiliki Depo Plumpang ( 40,53 % ), Depo satelit Cikampek ( 20 % ), Depo ujung berung ( 11,46% ), Terminal Transit Tanjung Gerem ( 9,07 % ), Depo Padalarang ( 8,59 % ), Depo Balongan ( 6,53 % ) dan Depo Tasik Malaya ( 3,82 % ).

3.3 Unit Pemasaran III Terminal Transit Tanjung Gerem

Terminal Transit Tanjung Gerem yang terletak diwilayah Merak - Banten kabupaten serang dengan posisi wilayah berada di Posisi : 50 50' - 60 21' LS dan 1050 7'- 1060 22' BT

merupakan salah satu terminal transit yang dimiliki Pertamina dari beberapa terminal transit yang ada, Pembangunan Terminal Transit Tanjung Gerem dimulai pada tahun 1993 diatas lahan seluas 10,632 Ha dan beroperasi sejak tanggal 7 april 1995 yang ditandai peresmianya oleh Dirut Pertamina F.Abda’oe pada waktu itu.

Terminal Transit Tanjung Gerem dibangun dengan tujuan untuk menjamin keamanan pasokan BBM untuk daerah propinsi Banten serta mengurangi beban dari ITP Plumpang.

Sedangkan Tugas pokok Terminal Transit Tanjung Gerem yaitu : menerima, menyimpan dan menyalurkan BBM serta Pelumas untuk Propinsi Banten yang luas wilayahnya 8.324,59 km² dengan jumlah penduduk 9.208.490 jiwa meliputi daerah Cilegon dengan 8 SPBU, Serang dengan 14 SPBU , Pandeglang 8 SPBU, Rangkabitung dengan 10 SPBU dan Kabupaten Tangerang 6 SPBU.

Setiap harinya pertamina menyalurkan minyak tanah sebanyak 1.672,92 kiloliter ke wilayah Banten, yang dibagi ke rayon Tangerang (1.161 kiloliter) dan rayon Banten (511,92 kiloliter). Dengan jumlah agen di Serang 17 agen, Cilegon 2 agen, Pandeglang 8 agen, Rangkas Bitung 4 agen, kabupaten Tangerang 15 agen.

Tabel 3.6 KapasitasTangki Timbun Terminal Transit Tajung Gerem

PRODUK

JUMLAH ( unit )

KAPASITAS ( kiloliter )

Premium

3

19.952

Kerosine

2

13.331

Solar

4

39.956

MDF

2

12.500

MFO

2

15.508

Kapasitas dermaga Terminal Transit Tanjung Gerem yaitu :

  1. Dermaga I Tangker Bobot Mati sampai dengan 6.500 dwt.(12 call/bulan)
  2. Dermaga II Tangker dengan bobot mati sampai dengan 35.000 dwt (14 call/bulan)
  3. Dermaga III tongkang bobot mati sampai dengan 500 dwt.

Dengan pola suplai pasokan terutama dari kilang Cilacap berupa Premium, Minyak tanah, Minyak Solar, Minyak Diesel, Minyak Bakar. Pasokan juga datang dari kilang Musi, kilang Dumai dan Floating Storage teluk semangka berupa minyak Tanah dan Minyak Solar.

Fasilitas pengisian mobil tangki BBM yang dimiliki Terminal Transit Tanjung Gerem :

  1. Premium dengan 4 titik pengisian ( Bottom Loading )
  2. Kerosine dengan 2 buah titik pengisian ( Top Loading )
  3. Solar dengan 4 titik pengisian ( 2 bottom loading, 2 top loading )
  4. MDF dengan 2 buah titik pengisian ( top loading )
  5. MFO dengan 3 buah titik pengisian ( Top loading )

Untuk pelayanan konsumen, Terutama masyarakat Terminal Transit Tanjung Gerem Menyediakan armada seperti yang ada pada tabel.

Tabel 3.7 Armada Distribusi BBM Terminal Transi Tanjung Gerem

ARMADA

JENIS BBM

JUMLAH

KAPASITAS ( KL)

Mobil Tangki

Premium

23

280

Mobil Tangki

Kerosine

116

580

Mobil Tangki

Solar

78

1.560

Mobil Tangki

MFO

39

928

Mobil Tangki

MDF

3

48

Tangker/tongkang

Solar

5

3.030

Tangker/Tongkang

MFO

2

1.800

Pada kondisi normal distribusi BBM menggunakan pola regular, artinya penyaluran BBM untuk SPBU sejumalh 700 KL premium dan 687 KL Solar berasal erminal Transit Tanjung Gerem, dan apabila tejadi keterlambatan Suplai BBM ke Terminal Transit Tanjung maka penyaluran BBM untuk SPBU 75% berasal dari Terminal Transit Tanjung Gerem dan 25% dialihkan kedepot plumpang.

alternatif kedua Penyaluran BBM untuk SPBU 50% berasal dari Terminal Transit Tanjung Gerem dan 50% dialihkan kedepot Plumpang.

Alternatif ketiga Penyaluran BBM untuk SPBU 25% berasal dari Terminal Transit Tanjung Gerem dan 25% dialihkan ke depot Plumpang, dan apabila terjadi keterlambatan suplai BBM ke Terminal Transit Tanjung Gerem dan Terminal Transit Tanjung Gerem tidak memiliki stok BBM maka penyaluran BBM untuk SPBU sejumlah 700 KL Premium dan 687 KL solar dialihkan kedepot Plumpang.

3.4 Analisa Masalah Dan Pemecahanya

3.4.1 Analisa Masalah

Analisis masalah merupakan salah satu dari beberapa tahap pemecahan permasalahan yang dihadapi, Masalah yang dihadapi antara lain :

  1. Masih kurang memadainya layanan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pendistribusian BBM berbasis komputer yang bisa memberikan informasi serta membantu dalam pengambilan kebijakan yang terbaik dan dalam pendistribusian BBM dengan memanfaatkan sistem informasi geografis . Apabila hanya mengandalkan informasi dengan cara – cara konvensional maka akan memakan waktu yang lama dalam mendapatkan informasi dalam penentuan kebijakan.
  2. Masih sering terjadinya kelangkaan BBM yang diakibatkan oleh Terlambatnya pasokan, juga Habisnya Stok BBM di depo – depo dan Terminal Transit serta kenakalan dalam pendistribusian BBM ke Agen karena faktor geografis alam dan salah pendistribusian.

3.4.2 Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi serta mengurangi masalah – masalah diatas perlu adanya suatu Program aplikasi sistem informasi geografis di departemen BPH MIGAS dalam pendistribusian BBM dan pasokan – pasokan BBM yang bisa memberikan informasi dengan berbasiskan komputer sehingga lebih cepat analisis dan menentukan kebijakan – kebijakan baru dari permasalahan – permasalahan diatas.

0 komentar: